Laman

Kamis, 30 September 2010

BPPT dan GE Kembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama General Electric (GE), perusahaan di bidang energi asal Amerika Serikat, mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (angin). "Indonesia sangat ambisius memanfaatkan energi alternatif. Kami siap bermitra dan berbagi tugas," kata Kepala BPPT Marzan A Iskandar pada Penandatanganan MoU tentang "Renewable Energy Development in Indonesia" di Jakarta, Rabu.
Dikatakan Marzan, Indonesia sangat ambisius, di mana melalui Perpres No. 5 Tahun 2006 mengenai energy mix nasional, Indonesia menargetkan pada 2025 akan menggunakan energi alternatif sebesar 17 persen dari bauran energi nasional. Energi angin merupakan salah satu dari energi alternatif yang akan dikembangkan BPPT bersama GE untuk meningkatkan rasio elektrisitas nasional, khususnya di kawasan pantai selatan, yang lebih memenuhi syarat untuk dikembangkan PLTB.

GE sudah melakukan survei selama dua tahun di kawasan NTT dan telah mengukur kecepatan angin yang memenuhi syarat yakni sekitar 6-8 meter per detik di 4-5 tempat, kata Direktur Strategi Proyek GE Gatot Prawiro. "Tentu saja GE harus ukur angin di titik-titik itu dengan tepat, kecepatannya dan kestabilannya. Jangan sampai GE bangun pembangkit listrik tenaga angin tapi berakhir sebagai monumen saja karena tak bisa dipakai," katanya.
GE, ujarnya, telah mengembangkan teknologi khususnya turbin angin di Irlandia di mana tujuh turbin GE bisa mengalirkan listrik sampai 16 ribu rumah. Untuk Indonesia GE akan mengembangkan turbin angin dengan kapasitas 1,5-2,5 MW per turbin. Dengan diawali kerja sama dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin, GE dan BPPT juga akan melanjutkan kerja sama di bidang energi alternatif lainnya seperti energi panas bumi atau geothermal, biomassa, biogas, energi matahari, juga kerja sama pengembangan di bidang gasifikasi batubara untuk batubara Indonesia yang berkalori rendah.

"Indonesia merupakan negara pemasok energi yang melimpah. Tenaga air potensinya 76 ribu MW tetapi yang dimanfaatkan baru 63 persen, sedangkan geothermal potensinya 28 ribu MW tapi baru 1.100 MW yang terpakai," katanya. Kendalanya adalah belum adanya dukungan kebijakan tentang skema insentif bagi pemanfaatan energi terbarukan, sehingga sulit bersaing dengan harga jual energi fosil yang diberi subsidi dan harganya terasa murah, ujarnya.

Republika

Baca Juga Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar