Laman

Rabu, 29 September 2010

Mulailah Gunakan Energi Terbarui

Indonesia diminta mulai serius untuk mengalihkan penggunaan sumber listrik, dari energi berbahan fosil dan batu bara menjadi energi yang terbarui. Energi yang terbarui kian lama akan kian murah dan efisien di saat sumber energi konvensional mulai sulit didapat dan menjadi kian mahal.
Demikian saran dari pakar energi dari Amerika Serikat (AS), Janice Hamrin. "Indonesia, mulailah bertindak untuk mengganti sumber energi konvensional yang berbahan fosil. Ini untuk kepentingan masa depan. Isu ini bukan hanya milik negara maju, namun negara berkembang juga harus memikirkannya," kata Hamrin dalam diskusi terbatas dengan dua media massa nasional, termasuk VIVAnews, di Kedutaan Besar AS di Jakarta, Selasa 28 September 2010.

Dalam kunjungannya ke Indonesia selama dua pekan, Hamrin melihat bahwa Indonesia sebenarnya memiliki beragam sumber energi terbarui (renewable energy), yaitu yang ramah lingkungan dan tidak akan habis.
"Negeri Anda punya geothermal dan juga memiliki sumber listrik tenaga air. Selain itu di desa-desa terpencil juga bisa dibangun fasilitas sumber energi dari biogas yang bersumber dari kotoran hewan ternak dan juga memanfaatkan matahari untuk sebagai pembangkit listrik," kata Hamrin, yang mengunjungi Surabaya, Pasuruan, Depok, Jakarta, Bogor, dan Bandung selama 19 September - 1 Oktober 2010.
Sebagai Kepala Eksekutif Korporat lembaga konsultan energi HMW International, Hamrin mengakui bahwa pembangunan fasilitas sumber energi terbarui - seperti fasilitas untuk geothermal - pada awalnya membutuhkan dana yang besar.
"Cukup mahal dari segi modal awal, namun untuk operasional biayanya bisa semakin murah. Ini berbanding terbalik dengan fasilitas energi konvensional saat ini, yang awalnya murah namun semakin mahal pengoperasiannya," kata Hamrin.
Dia mencontohkan, pada 2006-2007, investasi yang dikeluarkan untuk penggunaan energi matahari sebesar US$5 per watt-peak (wp). Namun, pada tahun 2008 turun menjadi US$3,5 per wp dan setahun kemudian menjadi di bawah US$2Wp. "Bahkan untuk 2-3 tahun mendatang, biaya yang diperlukan bisa kurang dari US$1 per wp," kata Hamrin.
Dia pun mengingatkan bahwa penggunaan energi terbarui sudah mulai diterapkan dari sekarang karena bisa saja pada 20 tahun mendatang akan berlaku penerapakan pajak emisi karbon bagi pemakaian sumber energi konvensional. "Penerapan pajak ini akan menjadi tekanan untuk mengurangi efek gas rumah kaca," kata Hamrin. (hs)
Renne R.A Kawilarang
www.vivanews.com

Baca Juga Artikel Terkait



Tidak ada komentar:

Posting Komentar